Sabtu, 02 April 2011

APA ITU DISLEKSIA???


Istilah disleksia berasal dari bahasa yunani yaitu dys yang berarti sulit dalam dan lex (berasal dari legein) yang artinya berbicara. Jadi disleksia berarti menderita kesulitan yang berhubungan dengan kata atau simbol-simbol tulis. Walau tidak menjalani pengobatan khusus, seorang penderita disleksia tidak akan menderita selamanya menderita gangguan membaca dan menulis. Ketika pertumbuhan otak dan sel otaknya sudah sempurna, ia akan dapat mengatasinya.
 
Seseorang yang menderita disleksia mengalami kesulitan dalam membaca. Kelainan ini mungkin disebabkan oleh ketidakmampuan dalam menghubungkan antara suara dan kata tertulis, atau kesulitan mengenal hubungan antara suara dan kata tertulis. Anak yang belum diketahui menderita disleksia dapat merasa rendah diri karena kesulitan yang dialami dalam mengejar pelajaran dengan kawan-kawan sebaya. Kadang-kadang orang salah menduga bahwa anak yang menderita disleksia juga cacat jiwa.
Kalau seorang anak ditemui punya kebiasaan membaca terlalu cepat hingga salah mengucapkan kata atau bahkan terlalu lambat dan terputus, maka itu adalah gejala disleksia. Sampai sekarang masih belum diketahui secara pasti apa penyebab gangguan ini. Yang jelas sebagai besar neurolog berpendapat ini merupakan factor saraf atau otak, sama sekali bukan karena anak itu bodoh atau bahkan idiot seperti mayoritas pendapat orang. Yang unik sebagian besar penderita disleksia adalah kaum lelaki. Dr. Michael Rutter dari King’s College, London, membuktikan bahwa jumlah murid lelaki disekolah yang menderita disleksia setidaknya dua kali jumlah murid perempuan . Rutter dan rekan telah menganalisis lebih dari 10.000 anak-anak di Selandia Baru yang diikutkan dalam uji membaca standar. Usia anak-anak itu berkisar 7-15 tahun. Disleksia ditemukan pada 18-22 persen murid lelaki, sedangkan pada murid perempuan hanya berkisar 8-13 persen saja.
Masih perlu dilakukan riset selanjutnya untuk mengetahui penyebabnya. Namun, berdasarkan diagnosis gangguan membaca pada anak lelaki disebakan oleh kecenderungan mereka untuk bertingkah aneh-aneh dalam kelas ketika merasa frustasi dalam pelajaran. Tapi, simpulan itu ditepis oleh Sheldon Horowitz., direktur National Center for Learning Disabilities, menurutnya anak lelaki tidak cenderung menderita disleksia.


1 komentar: